Pematang Siantar

Mengenal Lebih Dekat Kota Pematang Siantar Agustus 28, 2008 Menikmati kota Pematangsiantar yang berhawa sejuk akan memberikan ribuan impian dengan letak yang strategis pada jalur lintasan dari Medan (ibukota Propinsi Sumatera Utara), yang dapat ditempuh ± 3 1/2 jam perjalanan menuju kota wisata Parapat dan Danau Toba serta sekaligus merupakan perantara antara kota-kota di wilayah pantai timur dengan berbagai kota di wilayah dataran tinggi dan pantai barat Sumatera Utara. Kota Pematangsiantar dengan letaknya yang strategis menambah dinamika kehidupan di kota yang berpenduduk hampir seperempat juta jiwa ini. Keaneka ragaman agama dan sosial
budaya mutlak dipertimbangkan dalam merumuskan program pembangunan dalam memelihara ketertiban, kemanan, kerukunan antar umat beragama dan kerja sama antar etnis. BAGI para penggemar otomotif antik, sepeda motor yang digunakan sebagai alat penggerak transportasi angkutan roda tiga (becak) di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, bisa jadi “menggelitik” keinginan untuk mengoleksi. Sepeda motor BSA buatan Inggris, yang-menurut penduduk setempatdijadikan alat berperang oleh tentara Inggris di Jawa pada Perang Dunia II, menjadi collector items yang menarik. Selain langka, rata-rata usia motor 60 tahun. Motor yang saat ini berjumlah sekitar 200 unit itu ada yang dibuat tahun 1941, 1948, 1952, dan yang lebih “gres” buatan tahun 1956. Becak di Kota Pematang Siantar yang luas wilayahnya 79,97 kilometer persegi ini memang berbeda dengan becak di kota-kota lain. Berada pada ketinggian 400 meter di atas permukaan laut dengan permukaan tanah yang berbukit-bukit, menyebabkan jalan-jalan di kota ini menurun dan mendaki. Dengan kondisi seperti ini becak dayung sulit digunakan. Akhirnya kendaraan roda tiga itu dimodifikasi dengan “menempelkan” sepeda motor BSA di sisi kanan becak sebagai tenaga penggerak. Becak bermotor yang dijadikan alat transportasi sejak tahun 1960-an ini kemudian menjadi ciri khas dan daya tarik bagi wisatawan, meskipun saat ini berangsur-angsur tersingkir oleh mobil penumpang (mopen) yangberoperasi hingga larut malam. Pematang Siantar yang tahun 1970-an mendapat julukan sebagai kota pelajar di Provinsi Sumatera Utara, jumlah sekolah dari SD sampai Perguruan Tinggi semakin meningkat diharapkan mampu memenuhi SDM daerah lebih progressif dan maksimal dengan tersedianya sumber daya dan potensi yang tersedia yang dapat memajukan Pematang Siantar dan Kabupaten simalungun menjadi lebih baik. Masalah kelistrikan dan Infrastruktur merupakan masalah yang sangat penting, seringnya pemadaman listrik menjadi faktor penghambat perkembangan perekonomian di daerah ini. Infrastruktur jalan-jalan menuju kedaerah maupun sarana umum lainya dirasakan masih sangat tertinggal. Kinerja aparat Pemerintahan yang buruk menjadi faktor utama kemunduran di daerah ini, KKN menjadi virus yang sangat bahaya yang menjakiti para birokrat yang ada diPemerintahan. Perombakan, penggantian system serta aparat nya dapat membantu kebuntuan perkembangannya. Di harapkan generasi muda dapat berkiprah berperan serta lebih dan lebih lagi demi kemajuan bersama. Kota Pematang Siantar bukan hanya diingat karena keunikan becaknya. Di kota ini pada tanggal 22 Juli 1917 lahir wakil presiden ketiga di republik ini yang memiliki reputasi internasional, Adam Malik (almarhum). Dalam bidang pemerintahan, kota yang berumur 130 tahun pada tanggal 24 April 2001, pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996. Kota Pematangsiantar yang terletak pada garis 3º01’09” -2º54’40” lintang utara dan 99º6’23” – 99º1’10” Bujur Timur, berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun dengan luas 79,97 km2 dan terletak 400 meter di atas permukaan laut. Pada waktu siang atau malam hari kehidupan di kota ini sepertinya tak pernah surut dilihat dari aktivitas masyarakatnya. Dengan udaranya yang sejuk dan airnya yang bening dimana-mana, kehidupan di kota ini aman dan kondusif menghidupkan perekonomian masyarakatnya. Dengan keadaan tersebut, kota Pematangsiantar mempunyai nilai positif tersendiri untuk berinvestasi karena disamping aman, tertib dan tentram, jumlah penduduk yang relatif banyak dan bahan baku yang mencukupi khususnya yang berasal dari daerah interland. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, Pematang Siantar berpenduduk 240.831 jiwa yang menjadikannya kota kedua terbesar setelah Medan, ibu kota Sumatera Utara. Penduduknya termasuk heterogen dengan 49,6 persen dari etnis Toba, 14,2 persen dari etnis Jawa dan 11,43 persen dari etnis Simalungun. Etnis lain kurang dari 10 persen masing-masing dari Melayu, Mandailing, Cina, Minang, Karo, dan lain-lain. Dari jumlah penduduk tersebut, terdapat angkatan kerja sekitar 85.000 jiwa dengan 86 persen yang bekerja. Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengahtengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 1999 yang mencapai Rp 1,5 trilyun, pangsa sektor industri mencapai 38 persen atau Rp 593 milyar. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22 persen atau Rp 335 milyar. Dari ketiga kegiatan di sektor ini, subsektor perdagangan memberikan pemasukan sampai Rp 300 milyar. Hasil industri andalan Kota Pematang Siantar adalah rokok putih filter dan nonfilter serta tepung tapioka. Pada tahun 2000, dengan tenaga kerja sebanyak 2.700 orang, NV Sumatra Tobacco Trading Company (STTC), produsen rokok yang berdiri sejak 1952, menghasilkan 11,06 milyar batang rokok putih filter dan 75 juta batang rokok putih nonfilter. Dari seluruh hasil produksi rokok filter tersebut, 88,14 persen dijual ke luar negeri terutama ke Malaysia, negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur, dengan nilai ekspor mencapai Rp 345 juta. Sisanya sebesar 11,86 persen rokok putih filter dan seluruh hasil produksi rokok putih nonfilter dijual di da-lam negeri dengan nilai penjualan mencapai Rp 83 milyar. Sementara itu, Taiwan menjadi negara tujuan penjualan tepung tapioka yang diproduksi kota ini. Tahun lalu, volume ekspor tepung tapioka mencapai 3,8 ton dan tepung Modified Starch mencapai 2,7 ton. Keseluruhan nilai penjualan ekspor kedua jenis komoditas ini mencapai Rp 12,9 milyar. Kota Pematang Siantar yang hanya berjarak 52 km dari Prapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki hotel berbintang, hotel melati, restoran, pusat perbelanjaan dan rekreasi sebagai sarana pendukung meningkatnya wisatwan di daerah ini.

Ditulis Oleh : Unknown ~ Semangat Hidup Motivasi

Artikel Pematang Siantar Semoga bermanfaat bagi sobat blog. Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...